Jumat, 25 November 2016

REFLEKSI HARI GURU

Guru. Kata pengabdian sepanjang masa. Ialah gerbong depan perjalanan panjang lokomotif pendidikan baik formal maupun non formal. Walau gaji tak seberapa, guru tetaplah sosok yang pertama kali berdiri tegap dengan uluran tangan saat murid muridnya membutuhkannya. Ia digugu dan ditiru. Itu dulu.

Saat ini, guru bukan hanya pengabdian tetapi profesi yang menguntungkan. Tak sedikit pula yang terlanjur menjadi guru karena sulitnya lapangan pekerjaan. Ada pula menjadi guru karena panggilan jiwa. Saat ini, menjadi guru adalah pilihan walaupun keilmuan pas-pasan.

Saat ini, guru miskin dihina, guru kaya ditanya. Karena dahulu, guru dalam bayang bayang kemiskinan yang sehari makan sehari ngutang. Itu saja sudah lumayan.

Guru itu tugasnya banyak, bukan hanya pendidikan dan pengajaran tapi evaluasi dan pendataan. Karena guru wajib tau perkembangan muridnya dari hari ke hari, bulan ke bulan hingga tahun bertemu tahun.

Guru itu godaannya banyak. Godaan kesabaran itu yang sering kali dirasakan. Anak nangis di sekolah yang disalahkan guru, anak nakal di rumah yang disalahkan guru karena gak becus mendidik anak di sekolah.

Menjadi guru gampang masuk surga, gampang pula tergelincir ke neraka.

Guru digugu dan ditiru segala tindak tanduknya. Cara bicaranya, cara berpakaian, hingga mengajarnya diikuti bahkan sering diperagakan murid-muridnya.

Ketika berita menayangkan seorang guru yang berbuat aniaya, dimanakah sosok lembut yang setiap pagi ditunggu.

Guru, apakah masih pantas disebut guru, saat menyadari banyak tingkah laku yang tak layak digugu dan ditiru.

Sebaliknya, jiwa seorang guru masih ada walaupun terkadang tertutup oleh hegemoni zaman yang membuatnya jatuh tersungkur lalu bangkit lagi.

#RefleksiHariGuru #HariGuru #25November2016

#gurusepanjangmasa tanpa batas ruang dan juga waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar