Jumat, 08 Oktober 2021

Cerita Serunya TOT Read a loud😍

Negeri ini tak suka membaca? Ya... Saya pun berfikir demikian. Jangankan negeri ini, dulu saya pun tak suka membaca. Tulisan saya selalu mendapat label buruk, dan saya baru bisa membaca lancar pada usia 8 tahun. 
.
Dan hal ini didasari pada tidak adanya kebahagiaan (saat itu) dalam mengenalkan tentang gambar tulisan. Paksaan demi paksaan di kelas awal memberikan trauma. Bahkan hingga saya besar saya pun masih ingat bagaimana galaknya guru kelas 1 saya yang sebagian orang menganggapnya bagus. 
.
Tapi saat saya duduk di bangku pesantren, saya menemukan kebahagiaan dalam membaca yang dikenalkan oleh guru kelas awal di pesantren saat itu. Karena ustadzah tersebut memang menggunakan metode membaca nyaring untuk kami siswanya. Mulailah saya menjadi penggila baca, suka menulis. Hingga pernah bekerja sebagai jurnalis. 
.
Sabtu lalu, saya diberi kesempatan untuk mengikuti TOT read a loud dari @readaloud_lampung . Terbukalah semua fikiran saya bahwa membacakan nyaring memang sebuah titik terang bagi mereka yang tak suka membaca. 
.
Berawal dari pondasi di rumah atau keluarga yang memang memiliki jam lebih dibanding di sekolah. Adanya pojok buku atau pojok baca sederhana bisa memacu minat seseorang untuk membaca. 
.
Membaca nyaring maupun mandiri, tidak ada jurang pemisah. Membaca nyaring adalah awal untuk melepas seorang anak membaca mandiri. 
.
Seorang anak yang di rumahnya sering dibacakan buku memiliki tingkat pemahaman lebih optimal dibanding seusianya. Fakta ini pun sudah saya temukan pada anak saya yang berusia 2 tahun dimana kesadarannya dalam suatu hal sudah terbangun sejak dini. Kejujuran, tanggung jawab hingga hal-hal yang dianggap sepele ternyata semua didapat setelah saya rutinkan membacakan buku. 
.
Lalu bagaimana dengan bayang-bayang teknologi, perpustakaan yang semakin sepi dan mengecil karena buku-bukunya sudah banyak yang tidak berfisik? 
.
Gak bisa dipungkiri kan, jika teknologi memanglah punya dampak. Teknologi membuat kita semakin jauh dari orang yang dekat. Bahkan audio visual juga masih menjadi momok buat anak, walau banyak orang tua yang belum menyadarinya. Maka, pembatasan tetaplah perlu untuk mengatur keseimbangan. 
.
Lalu, mengenai buku digital atau portal2 membaca tetaplah itu sebuah buku. Maka bacakanlah denga hati gembira. 
.