Sabtu, 12 November 2016

PENDAR CAHAYA IBU MURNI HATI

Pendar cahaya Ibu Murni Hati

Semilir angin di kawasan Masjid At Tin, terselingi oleh cericit burung yang beterbangan pagi itu melatari riuh suara lantang murojaah suroh Al Mursalat para santri sekolah pekanan Kauny Quranic School (KQS). Lama kelamaan suara yang riuh itu menyisakan hanya beberapa santri yang memang benar-benar hafal. Terseruak sesuatu yang menarik dari keriuhan itu, ialah seorang ibu yang sudah separuh baya, suara murojaahnya sangat lantang. Dalam hatiku mulai timbul tanya, duhai siapakah beliau? Sudah separuh baya namun  hafalannya sangat ajeg, malupun menyeruak di hati. 

Ibu Murni Hati namanya, ialah salah satu santri KQS yang terbilang cukup senior. Usianya yang sudah berkepala 5 tak menyurutkan langkahnya untuk pergi menimba ilmu setiap pekan di hari sabtu. Ibu Murni, begitu sapaannya, selalu berusaha menyempatkan diri pergi mengaji bertolak dari kediamannya di Depok menuju Masjid Attin, TMII, Jakarta Timur. Jarak 24km tak membuat langkahnya surut untuk belajar. Kadang ia diantar anak kandungnya, namun jika putranya berhalangan hadir beliau tak lantas tak pergi. Bu Murni dengan semangatnya rela naik turun angkot dan berhimpit-himpitan dengan penumpang lain untuk datang ke KQS. Sejam dua jam  perjalanan bahkan kadang lebih adalah bukti kecintaannya dan semangatnya yang tetap hidup di usia senjanya.

Aku penasaran kenapa beliau hafalannya bagus dan ajeg. Takjublah kami dibuatnya ketika kami bercakap cakap dengan beliau. Memang ternyata ada jurus andalan beliau untuk menancapkan hafalan hingga ajeg dan tersimpan di hati. Ternyata bu Murni tak berheti belajar selepas beliau pulang dari KQS. Di lingkungan rumahnya, bu Murni tidak menyia-nyiakan hafalan Alquran yang sudah didapatnya di KQS, lalulah beliau mengumpulkan beberapa tetangga untuk diajaknya menghafal bersama, menikmati ayat-ayat Allah. Beliau ingin membuktikan bahwa menghafal Alquran itu mudah, dan memang terbukti. Setiap pekan beliau sangat senang menerima hafalan baru, dan menyampaikannya kembali pada tetangga-tetangganya.

Ibu Murni aktif mengikuti pelbagai kajian ketika usianya mulai menginjak 40 tahun. Agak terlambat menurut beliau. Kesempatan menjadi santri di KQS juga ia dapati pertama kali saat mengikuti kajian di mesjid Attin beberapa bulan lalu.

Ibu dari enam orang anak yang telah lama ditinggal suami tercinta kehadapan Ilahi ini sehari-harinya berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan menjadi guru ngaji. Semangatnya seolah cahaya yang menerangi sekitarnya, dan menyulutkan kembali cahaya di hati kami yang seolah memudar. Di usianya yang sudah lebih setengah abad, ia masih bersemangat untuk giat menghafal dan belajar serta mengajarkan kembali kepada yang lain. Baginya menuntut ilmu itu penting untuk mencari ridho Allah.

Muslimah yang memiliki darah sumatera dan lahir di Jakarta ini sangat senang bertemu dengan sahabat muslim lainnya di KQS. Baginya, memiliki sahabat yang dilandaskan ukhuwah karena Allah adalah bentuk ikatan yang terjalin
berkelindan abadi hingga ke syurga nanti. InsyaAllah.

Jazakillah Ibu Murni Hati, semoga Allah melimpahkan kesehatan dan keberkahan di sepanjang usiamu. Cahayamu berpendaran menyuluh hati kami ...

Written by OS & UN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar