Senin, 18 Juli 2022

Secercah Cahaya dari sekolah Cahaya

Pagi dengan tanah basah karena malamnya sehabis hujan. Aku menyusuri jalan yang kian siang-kian ramai melewati pasar dan ruko-ruko di pusat perbelanjaan. 

Ramadhan ke 4 tepatnya hari rabu. Allah lagi-lagi memberi kesempatan aku belajar banyak dari jiwa-jiwa muda yang pantang menyerah. Aku mengenalnya melalui jejaring group watsapp saudagar Bandar Lampung. Walau sudah sering mendengar namanya, namun baru kali ini aku bersua dengan sosok ibu peri pendiri sekolah inklusi. Namanya Nuraini Kadirun Alkamil tapi sering dipamggil dengan sebutan bu Upik. Entah mengapa nama asli dan nama pamggilan begitu berbeda tak juga saya sempat menanyakannya🤭. 

Laju motor suamiku menderu, ku bawa serta anak semata wayangku pada perjalanan kali ini. Sebenanya suamiku sudah pernah ke lokasi ini untuk mengantarkan buku yang aku jual. Tapi dia sedikit lupa dengan gangnya. 

Akhirnya sampai di lokasi. Sekolah Alam Cahaya. Sekolah inklusi dengan nuansa alam yang mengedepankan nilai kesederhanaan dan kemandirian. Kesan pertama kali yang aku dapati adalah "sederhana" tanpa gedung megah, tanpa kelas mewah, tanpa ruang guru yang biasanya terdapat AC dan fasilitas penunjang lainnya seperti saat aku mengajar dahulu. 

Kakiku melangkah masuk ke dalam gerbang. Disambut dengan seorang perempuan yang nampaknya adalah guru di sekolah tersebut. 
"Bu Ovi yah?" Tanyanya dengan ramah
"Iya mbk...bu upiknya ada?" Tanyaku. 
"Silahkan masuk bu... Sudah ditunggu dengan kami di dalam" jelasnya
"MasyaAllah terharu aku tuh...ditunggu oleh para dewan guru yang notabene masih muda-muda dan energik." Gumamku dalam hati.
Dulu kan selalu ditunggu murid, eh sekarang ditunggu ibu dan bapak guru. 😍

Bilal anak balita ku langsung meminta naik ayunan di sudut arena bermain sekolah. Suami memarkirkan motor dan akhirnya menemani bilal bermain dan eksplorasi di arena sekolah. Sementara aku masuk ke ruang berkumpulnya guru-guru untuk sharing tentang manajemen kelas yang pernah aku alami di sekolah  sdit darojaatul uluum

Diskusi yang kami lakukan hari itu sangat hidup, aku melihat bagaimana wajah guru-guru muda ini penasaran dan memburu ilmu baru dari siapapun itu yang dihadirkan. Aku bukan seorang ahli pengajaran, apalagi ahli pendidikan. Amatlah jauh. Aku hanya senang berbagi pengalaman sedikit saat masih menjadi guru. 

Sekolah dengan kurikulum berbasis project yang mengedepankan nilai manusiawi dengan berbagai latar belakang aku temui di sini. Semua anak istimewa baik dia yang normal ataupun berkebutuhan khusus. 

Ada yang unik dari sekolah ini. Sekolah cahaya ini berbasis islam. Guru-gurunya muslim, yayasannya juga orang yang kukenal sangatlah taat beribadah. Ditambah lagi, beliau orang yang cukup disegani dalam komunitas2 pengusaha muslim. Yup, sudah dipastikan, bu upik sebagai ownernya juga sangat mengedepankan nilai-nilai islami. Terlihat dari bagaimana cara beliau saat menerima kami sebagai tamu di tempatnya. 

Tapi, guru-guru di dalamnya adalah anak-anak muda dengan berbagai latar dan budaya yang berbeda. Bukan yang terlihat kalem-kalem ataupun anggun-anggun dengan jilbab lebar atau baju koko seperti kebanyakan. Sebalikanya saya melihat beberapa guru yang dalam berpakaian terkesan biasa saja. Jilbab tidak terlalu lebar, tapi tetap menjulur ke dada. 

Salah satu yang menjadi perhatian saya saat itu adalah ibu Marisa. Dari awal diskusi, dia memang paling mencolok. Apalagi saat berbicara tentang pengelolaan kelas yang pastinya berujung pada pengelolaan diri pribadi pengajarnya (self managing). Ternyata, beliau seorang analytical thingking yang kuat, maka sudah dipastikan orang sepertinya akan sangat kritis dalam memahami apapun. 

Selain itu beliau adalah mahasiswi psikologi yang sedang menimba ilmu di salah satu universitas di Lampung. Tapi berani mengabdikan diri untuk mengajar di sekolah cahaya yang notabene bukan sekolah mewah. Padahal bisa saja kan bu Marisa nongki-nongki, ngafe selepas beliau kuliah, seperti kebanyakan anak muda zaman sekarang yang memilih menjadi selebgram atau tiktokers.  Tapi, beliau memilih menjadi pengajar di sekolah ini. MasyaAllah... Salut!!

Kalau saya ambil benang merah. Sekolah ini mengambil konsep, semua orang adalah guruku, semua tempat adalah sekolahku. Karena anak-anak bisa belajar dari siapapun, dan dimanapun. Tidak harus dibatasi ruangan kelas. Anak-anak bebas bereksplorasi sesuai minat dan bakatnya. 


Catatan ummu Bilal yang terlewat