karya pertama siswa SDIT Darojaatul'uluum
Bintang
qa’alia KM
Hai
teman, perkenalkan namaku Bintang Qa’alia Kintan Maharani. Aku biasa dipanggil
Bintang. Lucunya dibelakang namaku ada kepanjanganku yang disingkat menjadi KM.
Yah, itu singkatan dari Kintan Maharani. Sekarang aku duduk dikelas 3 SD. Sekolah
tempatku berbagi banyak pengalaman baru. Bukan hanya pengalaman tapi juga ilmu.
Ilmu yang mengajariku tentang banyak hal.
Suatu hari di kelas yang disi oleh
banyak teman-temanku yang cerdik. Ibu guruku selalu bertanya tentang mimpi. Tentang
bintang terang dalam hidup atau yang biasa diucapkan guruku adalah ‘spot
light’. Awalnya aku bingung dengan bahasa-bahasa ibu guruku yang tak aku
mengerti. Bagiku dia terlalu cerdas untuk mengajarkan kelas setingkat aku. Tapi,
justru karena kata-kata yang tak kufahami itulah aku terpacu untuk lebih banyak
tau, dan lebih banyak bertanya pada ibu dan ayahku.
“teman-teman,
siapa disini yang punya mimpi?” tanya ibu guruku pagi
itu. Sontak semua teman-teman mengangkat tangannya. Mereka semua berbicara
tentang mimpi-mimpi mereka. Tepat. Mereka tak berfikir panjang, mereka hanya
bercerita tentang mimpinya semalam dalam tidur pulasnya.
“aku,
miss, aku mimpi ketemu ultrament” cerita Haidar pada ibu
guru. Miss, itu adalah sebutan ibu guru di sekolahku. Sedangkan guru laki-laki
kami menyebutnya ustad. Jadi ustad dan miss kami akrab memanggil pahlawan tanpa
tanda jasa itu.
“baik
haidar, mimpi kamu hebat... semoga kamu gak bertemu Gozila saja yah Haidar”
sambut ibu guruku yang bernama Miss Ovi. Kompak teman-teman pun tertawa lepas
Sebenarnya aku tau yang dimaksudkan
ibu guruku itu adalah mimpi kita dimasa depan. Beberapa siswa memang sudah
faham tentang mimpi dan cita-citanya. Seperti Mutya yang ingin menjadi Dosen,
Mitha sahabatku yang bermimpi menjadi atlet taekwondo,, si tampan Mico yang
ingin seperti Leonel Messi serta si cerdas Fahri yang bermimpi menjadi seorang
arsitek.
Aku sering berfikir, mimpi
teman-temanku keren-keren. Bagaimana dengan aku??apa aku tak punya mimpi? Apa mimpiku
belum lekat di kepala sehingga aku masih ragu dengan mimpiku sendiri? Apa mimpiku
terlalu muluk-muluk dan berlebihan ketika aku bercita-cita menjadi pengusaha
wanita yang sukses, atau aku sekedar ingin menjadi seperti ibuku, menjadi
seorang ibu yang cerdas dan menghasilkan anak-anak yang cerdas pula.
Aku kembali terlamun dalam cita-cita
masa depanku, apa kabar aku kelak? Siapa kawan-kawanku kelak? Hingga ada
dimanakah aku nanti? Anganku mulai terbang bersama bintang-bintang terangku,
bersama angin yang membawa pergi segala lamunan ini. Seandainya kelak entah mau
jadi apa aku. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri. Aku suka menulis, merekam
segala kejadian yang aku lalui dalam kehidupanku. Hari ini dan seterusnya. Seandainya kelak aku menjadi penulis terkenal,
sukses pastinya menyenangkan sekali jika kelak aku punya buku yang aku tulis
sendiri. Mungkin bukan hanya sekedar buku tapi pabrik buku yang isinya berbagai
macam buku-buku .
“mbak
Bintang kan? Yang penulis buku itu kan???” lamunanku
terbang berimajinasi seakan-akan aku telah dewasa. Saat itu pun orang akan
mengenalku sebagai Bintang sang penulis. Mereka akn mengejarku dan minta tanda
tangan di atas lembar pertama buku karyaku yang mereka miliki.
‘duaarrr’
mimpiku sejenak terlepas dari bayang-bayang. Teringat kembali kata-kata ibu
guruku yang aku kagumi. Dilah Miss Ovi. Seorang guru muda yang amat lincah dan
memiliki kegemaran yang sama denganku. Dialah sosok yang selama ini mendorongku
untuk menggapai cita-cita, seperti bintang-bintang yang berkelip indah dilangit
malam. Seperti namaku juga. Dia seorang guru, dia juga seorang penulis. Aku menyukai
cerpen-cerpennya, menyukai gaya menulisnya dan menyukai style yang cuek pada
dirinya. miss Ovi pernah bilang ”jadilah
pemimpi yang terbangun kemudian mandi dengan air dingin dan bergerak secepat
angin menuju mimpi itu”. Ada lagi kata-katanya yang aku catat dalam otakku
salah satunya “ jika kita mau menggapai mimpi maka berusaha dan bekerja
keraslah dengan giat dan tekun barulah mimpi kita akan terwujud” aku akan
terus belajar untuk menggapai mimpiku. Aku juga ingin kalian mencoba mimpi yang
telah kalian tulis dalam kehidupan kalian. Jangan jadi pecundang yang kalah
sebelum semuanya tercapai sobat, ketika mimpi itu hadir tepat diatas mata ku,
betapa bahagianya dua orang yang paling aku cintai. Ayah dan ibuku. Aku ingin
coretanku pada selembar kertas lusuh, menjadi inspirasi buat semua yang
membacanya. Bukan hanya untuk hari ini tapi untuk selamanya. Untuk kita para
pemenang yang tak pernah takut memperjuangkan mimpi dalam hidup kita.