Senin, 14 April 2014

SURAT SEDERHANA UNTUK PARA GURU


Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Jangan remehkan dakwah kepada anak-anak! Jika mereka telah terikat hatinya dengan Islam, akan mudah bersungguh-sungguh setelah dewasa. Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius.

Karenanya, jangan pernah main-main dalam urusan ini. Jika mereka engkau ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya, masa depan umat sedang engkau pertaruhkan

Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang bertanggung-jawab menegakkan dien 30 tahun mendatang.

Maka..., ketika engkau bersibuk dengan cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk tepuk tangan saat ini. Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab.

Ketika hari ini, di banyak tempat, kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Ini urusan umat. Urusan dakwah. Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun.

Wahai Para Guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah engkau kepada Allah Ta'ala. Sungguh, jika engkau menerima amanah sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka sungguh engkau sedang membuat kerusakan. | Sungguh, jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah saatnya (kehancuran).

Maka, keharusan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, terus-menerus dan serius bukanlah dalam rangka memenuhi persyaratan formal. Jauh lebih penting dari itu adalah agar engkau memiliki kepatutan menurut dien ini sebagai seorang guru. Sungguh, kelak engkau akan ditanya.

Wahai Para Guru, singkirkanlah tepuk tangan yang bergemuruh. Hadapkan wajahmu pada tugas amat besar untuk menyiapkan generasi ini agar mampu memikul amanah yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka. Sungguh, kelak engkau akan ditanya di Yaumil-Qiyamah atas urusanmu.

Pelajarilah dengan sungguh-sungguh apa yang benar; apa yang haq, lebih dulu dan lebih sungguh-sungguh daripada tentang apa yang efektif. Dahulukanlah mempelajari apa yang tepat daripada apa yang memikat. Prioritaskan mempelajari apa yang benar daripada apa yang penuh gebyar. Utamakan mempelajari hal yang benar dalam mendidik daripada sekedar yang membuat sekolahmu tampak besar bertabur gelar. Sungguh, jika engkau mendahulukan apa yang engkau anggap mudah menjadikan anak hebat sebelum memahami betul apa yang benar, sangat mudah bagimu tergelincir tanpa engkau menyadari. Anak tampaknya berbinar-binar sangat mengikuti pelajaran, tetapi mereka hanya tertarik kepada caramu mengajar, tapi mereka tak tertarik belajar, tak tertarik pula menetapi kebenaran.

Maafkan saya. Semoga kita sadar bahwa mendidik bukan urusan kelangsungan organisasi. Lebih dari itu, keselamatan umat ini dan generasinya.

SURAT SEDERHANA UNTUK PARA GURU


Oleh Mohammad Fauzil Adhim

Jangan remehkan dakwah kepada anak-anak! Jika mereka telah terikat hatinya dengan Islam, akan mudah bersungguh-sungguh setelah dewasa. Maka, ketika engkau mengurusi anak-anak di sekolah, ingatlah sejenak. Tugas utamamu bukan sekedar mengajari mereka berhitung. Bukan! Engkau sedang berdakwah. Sedang mempersiapkan generasi yang akan mengurusi umat ini 30 tahun mendatang. Dan ini pekerjaan sangat serius.

Karenanya, jangan pernah main-main dalam urusan ini. Jika mereka engkau ajari curang dalam mengerjakan soal saja, sesungguhnya urusannya bukan hanya soal bagaimana agar mereka lulus ujian. Bukan. Yang terjadi justru sebaliknya, masa depan umat sedang engkau pertaruhkan

Maka, ketika mutu pendidikan anak-anak kita sangat menyedihkan, urusannya bukan sekedar masa depan sekolahmu. Sekolah ambruk bukan berita paling menyedihkan. Yang amat perlu kita khawatiri justru lemahnya generasi yang bertanggung-jawab menegakkan dien 30 tahun mendatang.

Maka..., ketika engkau bersibuk dengan cara instant agar mereka tampak mengesankan, sungguh urusannya bukan untuk tepuk tangan saat ini. Urusannya adalah tentang rapuhnya generasi muslim yang harus mengurusi umat ini di zaman yang bukan zamanmu. Kitalah yang bertanggung-jawab.

Ketika hari ini, di banyak tempat, kemampuan guru-guru kita sangat menyedihkan, sungguh yang paling mengkhawatirkan adalah masa depan umat ini. Maka, keharusan untuk belajar bagimu, wahai Para Guru, bukan semata urusan akreditasi. Ini urusan umat. Urusan dakwah. Jika orang-orang yang sudah setengah baya atau bahkan telah tua, sulit sekali menerima kebenaran, sesungguhnya ini bermula dari lemahnya dakwah terhadap mereka ketika masih belia; ketika masih kanak-kanak. Mereka mungkin cerdas, tapi adab dan iman tak terbangun.

Wahai Para Guru, belajarlah dengan sungguh-sungguh bagaimana mendidik siswamu. Engkau belajar bukan untuk memenuhi standar dinas pendidikan. Engkau belajar dengan sangat serius sebagai ibadah agar memiliki kepatutan menjadi pendidik bagi anak-anak kaum muslimin. Takutlah engkau kepada Allah Ta'ala. Sungguh, jika engkau menerima amanah sebagai guru, sedangkan engkau tak memiliki kepatutan, maka sungguh engkau sedang membuat kerusakan. | Sungguh, jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah saatnya (kehancuran).

Maka, keharusan untuk belajar dengan sungguh-sungguh, terus-menerus dan serius bukanlah dalam rangka memenuhi persyaratan formal. Jauh lebih penting dari itu adalah agar engkau memiliki kepatutan menurut dien ini sebagai seorang guru. Sungguh, kelak engkau akan ditanya.

Wahai Para Guru, singkirkanlah tepuk tangan yang bergemuruh. Hadapkan wajahmu pada tugas amat besar untuk menyiapkan generasi ini agar mampu memikul amanah yang Allah Ta'ala berikan kepada mereka. Sungguh, kelak engkau akan ditanya di Yaumil-Qiyamah atas urusanmu.

Pelajarilah dengan sungguh-sungguh apa yang benar; apa yang haq, lebih dulu dan lebih sungguh-sungguh daripada tentang apa yang efektif. Dahulukanlah mempelajari apa yang tepat daripada apa yang memikat. Prioritaskan mempelajari apa yang benar daripada apa yang penuh gebyar. Utamakan mempelajari hal yang benar dalam mendidik daripada sekedar yang membuat sekolahmu tampak besar bertabur gelar. Sungguh, jika engkau mendahulukan apa yang engkau anggap mudah menjadikan anak hebat sebelum memahami betul apa yang benar, sangat mudah bagimu tergelincir tanpa engkau menyadari. Anak tampaknya berbinar-binar sangat mengikuti pelajaran, tetapi mereka hanya tertarik kepada caramu mengajar, tapi mereka tak tertarik belajar, tak tertarik pula menetapi kebenaran.

Maafkan saya. Semoga kita sadar bahwa mendidik bukan urusan kelangsungan organisasi. Lebih dari itu, keselamatan umat ini dan generasinya.

Minggu, 13 April 2014

The trully learning of the life

Dulu waktu zaman saya sekolah namanya PERSAMI (perkemahan sabtu minggu). Kenapa sih namanya bs sabtu dan minggu? Yah karena dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu. Dahulu,hari sabtu memang diidentikan dengan pramuka. bukan hanya pramuka yg identik dengan hari ini tapi juga pelajaran keterampilan dan kesenian hadir membumbui hari sabtu. Tambah lagi hari sabtu adalah hari terakhir dalam minggu nasional...hahai makin menyenangkan karena besoknya adalah hari libur siap siap deh melototin tv untuk melihat serial si kucing ajaib doraemon dan si pemalas nobita hahahah.

Sekarang seragam pramuka tidak lagi diidentikan dengan hari sabtu, karena semenjak era revolusi dan  perubahan yang terjadi di negara kita membuka semua peluang yang biasa menjadi tak biasa,yang tak mungkin bisa menjadi mungkin. Begitu pun dengan perihal yang ada di lingkungan sekolah. Nah, peluang ini membuka kemungkinan kemungkinan yang terjadi di lingkungan persekolahan seperti kebebasan menggunakan seragam,kebebasan mengatur KBM karena sudah tidak lagi berupa sentralisasi pendidikan seperti dahulu. Yah, walaupun sekarang masih di bawah bayang bayang sentralisasi pendidikan seperti dahulu tapi sedikit demi sedikit hal ini akan meluntur seiring pengembangan kurikulum satuan pendidikan yang ada.

Nah, kembali ke agenda camping yang owesome ini,di sini pesrrta camping yang trdiri dari anak siswa dan siswi DU dan digawangi oleh panitia yang terdiri dari para guru muda yang kreatifnya ninju langit. Loh kok ninju langit?maksudnya adalah kreatifnya guru DU itu top top banget.

Sampai di TKP buper ragunan karena berada di dekat kebun binatang ragunan. Lucunya lagi anak anak yang baru kali ini mengikuti kegiatan camping percaya bahwa kita benar benar akan kemping di kebun binatang ragunan yang banyak binatangnya jadi kalau ada yang gak nurut nanti hilang di kandang macan hahahahaha. Entah dari mana berita ini meluncur dengan sendirinya ketelinga peserta baru *ngakak*. Sampai di sana anak anak langsung menurunkan barang barangnya yang sangat banyak. Barang barang tersebut antara lain perlengkapan pribadi dan kelompok untuk menginap dua hari satu malam. Serunya lagi ini kali pertama aku jadi pendamping kelompok. Karena dari dulu job yang di kasih adalah bagian acara inti. Nah, awalnya sih memang di acara inti tapi negosiasiku dengan pak ketua kegiatan berhasil akhirnya aku di mutasi menjadi pendamping kelompok. *Thx bgt kak Udin hehe (kalo di pramuka kan dipanggilnya kakak ya gak?). 

Keseruannya gak hanya itu guys, camping kita disambut dengan hujan©%66+*%%:/:^€¢÷. Lucunya anak anak di kelompokku rempong memasukan kangkung di ember ke dalam tenda. Katanya takut kehujanan. Tapi mereka lupa bahwa yang lebih penting sebenarnya adalah memasukan kayu bakar yang terongok basah kena hujan di luar tenda:/.
Memang pada saat itu aku sedang tidak ada di buper karena harus beli garam dan bata merah untuk memasak besok pagi. Aku sempat kehujanan di depan bumi marinir cilandak mana gak bawa baju ganti,jas ujan lupa dikeluarin pokoknya pada waktu itu ingetny cepet sampai buper dan kumpul sama anak anak kelompok lagi. Wahaaa..saking ngebutnya biar segera sampai, malah terpeleset tepat di sebelah tendaku sendiri. Lengkap sudah derita sore itu. Duuh gusti;"€. Tapi semua itu gak berlangsung lama...setelah kita berhasil solat ala kadarnya di tenda masing masing,langitpun seakan bekerja sama dengan kegiatan acara malam itu. Penampilan perform kelompok lancar di laksanakan. Semua panitia dan peserta larut dalam keceriaan. Disinilah kreativitas peserta dan panitia diuji dan terlihat jelas pula siapa yang kreativnya ninju langit, siapa yang kreativnya sampai di bumi saja hehehe.

Tak cukup sampai disitu karena aku kira tidak ada api unggun dengan sebab kayu yang basah. Tapi team acara punya agenda yang tersembunyi untuk api unggun tersebut. Well, peserta dan pendamping kena dikerjain oleh team acara. Pake ada acara tutup mata segala lagi...haisyaaahh!!
Awalnya sih aku keberatan ditutup tutup matanya secara mataku aja udah gak keliatan gini toh...tapi dengan alasan menyetarakan psyicologi peserta dengan pendamping, alasan ini dapat kuterima. Nah,disini banyak yang aku pelajari tentang karunia Allah. Saat mata kita tertutup Allah masih menghadirkan banyak indera lain yang bisa digunakan, yang lebih lagi kita masih punya hati dan Allah lah yang langsung membimbing hati kita.

Api unggunpun berkobar menjilat jilat alam yang sedang gelap seketika berpendar terang kemudian redup kembali. Dari api ini pelajaran yang berharga pula bahwa kita harus seperti api yang selalu berkobar di kegelapan malam, namun ada saatnya pula kita meredup seiring berjalannya waktu kemudian di beri bahan bakar kembali dan berkobar kembali. Bahan bakar manusia itu adalah iman yang kelak akan mengobarkan semangat kita kembali,semangat berdaya dan bermanfaat untuk orang lain.

Malam pun berganti pagi, disambut dengan kicauan burung dan hiruk pikuk perkemahan. Sedikit stretching,joging dan eorobic dari instruktur senam profesional dadakan kwkwkwkw. Lalu, kami diberi waktu untuk memasak *cihuyyyy. Nah, lucunya lagi karena ini pertama kali memasak menggunakan tungku, api di tungku milik kelompokku kecil dan tak mau menyala besar. Akhirnya kak mabigus dan yanda datang menolong. Dan api pun menyala. Nah,saat mereka pergi api pun kembali pergi-_-. Alhamdulillah kak fauzan dari bagian acara membantu kami sampai apinya benar benar stabil. Thanks kakak....

Overall acara perjumsa kali ini owesome banget dan unforgetable moment buat aku dan umunya buat semua civitas akademika SDIT-DU. Dan inilah kegiatan skill yang kelak benar benar akan dibutuhkan siswa agar siap menghadapi masa depan mereka yang mungkin tak semuanya berjalan mulus. AllahuAkbar!!!