Kamis, 10 November 2016

Hari itu,seminggu yang lalu, 4 November 2016 adalah  hari yang bersejarah untuk ummat islam di Indonesia. Hari yang diprediksi BMKG akan terjadi hujan lebat, ternyata justru tidak hujan. Bahkan, awan seakan menjadi payung bagi jutaan ummat muslimyang berkumpul seakan di padang arafah. 

Demo bermartabat adalah salah satu judul headline surat kabar nasional yang memberitakan tentang aksi damai tanggal 4 November 2016 yang dilakukan jutaan umat islam di Indonesia menyisakan berbagai cerita. Salah satu cerita adalah dari seorang Abdulloh (Bukan Nama Asli). Ia berpamitan dengan anak dan istrinya yang berada di Klaten untuk turun ke jalan bersama umat muslim lainnya dalam aksi damai Gerakan  Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Tekadnya sudah bulat walau tanpa rombongan. 

Awalanya sang istri terkejut dengan niatannya untuk ikut aksi 411 di ibu kota. Namun, dengan segenap keyakinan kepada Allah, sang istri tercinta menyetujui kepergiannya. Ia berpesan untuk selalu menjaga anak anak dan beberapa wasiat lainnya. 

Aksi Damai Bersama HOTS

Abdulloh akhirnya bergabung dengan komunitas HOTS. Ia bukanlah seorang anggota dari komunitas tersebut,namun karena merasa sepersaudaraan islam, tak pandang dari mana, Abdulloh bergabung dengan barisan Hafiz On The Street. Aksi sangatlah damai dan menjadi bermartabat karena bukti  bahwa aksi ini tidak seperti yang orang lain kira sebelumnya. Pukul 18.00 wib yang seharusnya massa membubarkan diri, ternyata tidak demikian. Massa masih menunggu kedatangan bapak president RI Joko Widodo untuk dapat menerima perwakilan aksi. Massa peseta aksi masih duduk dengan tertib sambil membaca sholawat dan zikir yang dipimpin oleh para ulama. Beberapa menit kemudian terjadilah kekacauan. Abdulloh menceritakan bagaimana dirinya menjadi salah satu saksi sejarah tersebut. Hingga ia hilang kontak dengan koordinator aksi komunitas HOTS.  Saat itu keadaan sangat genting, beberapa wanita pingsan dan ia berinisiatif untuk mengomandoi beberapa kawan yang ia temui untuk mendekat di mobil ambulan untuk mengambil tandu. Abdulloh terperangkap tak bisa bergerak walaupun saat itu Syeikh Ali Jaber sedang membacakan AlQuran. Saat itu pula ia sudah tidak dapat melihat rombongan komunitas HOTS lainnya. 

Polisi tidak mengeluarkan ancaman apapun saat itu. Menurutnya, mobil polisi hanya memutar murottal alquran surah yasin disambut para habib yang menyuruh peserta untuk mendengarkan. Tapi entahlah dari mana datangnya suara tembakan yang emngarah ke peserta sebelah kanan. Banyak anak muda yang ia evakuasi karena susah bernafas. Kemudian mengolesi pasta gigi agar mengurangi perihnya gas air mata. Suasana semakin kacau. Walaupun KAPOLRI Tito Karnavian sedang berbicara,   tembakan air mata tak henti hentinya ditembakan. Sesaat  hening kemudian terdengar lagi. Sehingga beberapa ulama di depan barisan juga terkena tembakan gas air mata kecuali Habib. Mobil ambulan hanya dua yang siap dioperasikan saat itu, padahal banyak yang terkena gas air mata dan peluru karet. Begitu pun Abdulloh yang nyaris tertembak peluru karet. Qodarulloh peluru karet meleset tak mengenainya sehingga yang terkena tepat di sampingnya. 

Abdulloh mengaku kehilangan telephone selularnya saat diistiqlal sehingga tak dapat menghubungi atau dihubungi oleh korlap aksi saat itu. Barulah setelah semuanya reda ia kembali kepada keluarganya dan memberi tau korlap aksi tanggal 8 November 2016. 

Iman memang tak dapat dibeli atau diwarisi, iman ada di dalam hati dan keindahan iman inilah yang membawa jutaan kaum muslimin termasuk Abdulloh menjadi saksi  dari unjuk rasa paling bermartabat sepanjang sejarah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar