Hari itu,seminggu yang lalu, 4 November 2016 adalah hari yang bersejarah untuk ummat islam di
Indonesia. Hari yang diprediksi BMKG akan terjadi hujan lebat, ternyata justru
tidak hujan. Bahkan, awan seakan menjadi payung bagi jutaan ummat muslimyang
berkumpul seakan di padang arafah.
Demo bermartabat adalah salah satu judul headline
surat kabar nasional yang memberitakan tentang aksi damai tanggal 4 November
2016 yang dilakukan jutaan umat islam di Indonesia menyisakan berbagai
cerita. Salah satu cerita adalah dari seorang Abdulloh (Bukan Nama Asli). Ia
berpamitan dengan anak dan istrinya yang berada di Klaten untuk turun ke jalan
bersama umat muslim lainnya dalam aksi damai Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama
Indonesia. Tekadnya sudah bulat walau tanpa rombongan.
Awalanya sang istri terkejut
dengan niatannya untuk ikut aksi 411 di ibu kota. Namun, dengan segenap
keyakinan kepada Allah, sang istri tercinta menyetujui kepergiannya. Ia
berpesan untuk selalu menjaga anak anak dan beberapa wasiat lainnya.
Aksi Damai Bersama HOTS
Abdulloh akhirnya bergabung dengan komunitas HOTS.
Ia bukanlah seorang anggota dari komunitas tersebut,namun karena merasa
sepersaudaraan islam, tak pandang dari mana, Abdulloh bergabung dengan barisan
Hafiz On The Street. Aksi sangatlah damai dan menjadi bermartabat karena
bukti bahwa aksi ini tidak seperti yang
orang lain kira sebelumnya. Pukul 18.00 wib yang seharusnya massa membubarkan
diri, ternyata tidak demikian. Massa masih menunggu kedatangan bapak president
RI Joko Widodo untuk dapat menerima perwakilan aksi. Massa peseta aksi masih
duduk dengan tertib sambil membaca sholawat dan zikir yang dipimpin oleh para
ulama. Beberapa menit kemudian terjadilah kekacauan. Abdulloh menceritakan
bagaimana dirinya menjadi salah satu saksi sejarah tersebut. Hingga ia hilang
kontak dengan koordinator aksi komunitas HOTS.
Saat itu keadaan sangat genting, beberapa wanita pingsan dan ia
berinisiatif untuk mengomandoi beberapa kawan yang ia temui untuk mendekat di
mobil ambulan untuk mengambil tandu. Abdulloh terperangkap tak bisa bergerak
walaupun saat itu Syeikh Ali Jaber sedang membacakan AlQuran. Saat itu pula ia
sudah tidak dapat melihat rombongan komunitas HOTS lainnya.
Polisi tidak mengeluarkan ancaman apapun saat itu. Menurutnya,
mobil polisi hanya memutar murottal alquran surah yasin disambut para habib
yang menyuruh peserta untuk mendengarkan. Tapi entahlah dari mana datangnya suara tembakan yang emngarah ke peserta sebelah kanan. Banyak anak muda yang ia
evakuasi karena susah bernafas. Kemudian mengolesi pasta gigi agar mengurangi
perihnya gas air mata. Suasana semakin kacau. Walaupun KAPOLRI Tito Karnavian sedang
berbicara, tembakan air mata tak henti
hentinya ditembakan. Sesaat hening kemudian terdengar lagi. Sehingga beberapa ulama di depan barisan juga
terkena tembakan gas air mata kecuali Habib. Mobil ambulan hanya dua yang
siap dioperasikan saat itu, padahal banyak yang terkena gas air mata dan peluru karet. Begitu pun Abdulloh yang nyaris tertembak peluru karet. Qodarulloh peluru karet meleset tak
mengenainya sehingga yang terkena tepat di sampingnya.
Abdulloh mengaku
kehilangan telephone selularnya saat diistiqlal sehingga tak dapat menghubungi
atau dihubungi oleh korlap aksi saat itu. Barulah setelah semuanya reda ia
kembali kepada keluarganya dan memberi tau korlap aksi tanggal 8 November 2016.
Iman memang tak dapat dibeli atau diwarisi, iman ada di dalam hati dan keindahan iman inilah yang membawa jutaan kaum muslimin termasuk Abdulloh menjadi saksi dari unjuk rasa paling bermartabat sepanjang sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar