Mendidik itu ibarat bermain
layang-layang. Tarik ulur dalam menghadapi siswa. Ada kalanya kita ulur
benangnya agar terbang lebih tinggi ada kalanya pula kita tarik seraya mengerem
laju terbang layang-layang. Begitu pula dalam mendidik. Guru maupun orang tua
harus memiliki jutaan strategi yang jitu beserta ‘mantra’ untuk anak-anak yang
mereka hadapi.
Pada
dasarnya mendidik dan mengajar memiliki makna yang berbeda. Namun banyak orang
yang mengatakan kedua kata ini adalah sama. Mendidik memiliki makna yang lebih
luas ketimbang mengajar. Jhon dewey mengartikan bahwa pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
kearah alam dan sesama manusia. Sedangkan dalam UUD no 20 tahun 2003 menyebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Sedangkan mengajar menurut Herman
Hudoyo (1990:6) diartikan sebagai suatu kegiatan
dimana guru menyampaikan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki kepada anak
didik.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mendidik adalah sebuah proses
pembelajaran yang panjang agar dapat menciptakan generasi berikutnya yang lebih
baik. Lebih jauh pengertian mendidik adalah upaya seseorang dalam sebuah proses
perbaikan. Mendidik tidak hanya mengembangkan potensi kerja otak dan fikiran
tetapi juga mengembangkan potensi yang dimiliki oleh hati, menyentuh perasaan
dengan empati serta membangun sebuah peradaban baru dengan tindakan.
Dalam
mendidik, proses mengajar juga tak dapat dipisahkan. Mengajar adalah salah satu
bagian dalam mendidik. Di dalam buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar
Mengajar Kurikulum Sekolah Dasar (1994:3) disebutkan bahwa mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang
siswa untuk belajar. Dari pengertian ini menyebutkan tentang situasi yang
dalam hal ini adalah kondisi ruang kelas in
door maupun out door.
Kebanyakan dari
masyarakat kita sering kali salah mengartikan perbedaan yang amat mendasar ini.
Banyak dari kita yang mengartikan bahwa mendidik sama dengan mengajar.tak
sedikit dari pula yang mengartikan proses mengajar dan mendidik yaitu suatu
proses di dalam kelas yang berjenjang dan berakhir dengan ujian akhir sekolah.
Mengajar memiliki
makna yang lebih simple. Karena mengajar hanyalah kegiatan penyampaian pesan sekaligus
informasi dari seorang guru kepada murid(Transfer
of knowledge) sedangkan mendidik memiliki makna yang lebih luas bukan hanya
sekedar transformasi ilmu pengetahuan dan informasi melainkan juga dapat
mengubah suatu kebiasaan sikap dan mental manusia menjadi lebih baik.
Mengajar lebih
bersifat teknis yang menciptakan sebuah teori sedangkan mendidik lebih bersifat
fundamental. Mengajar bisa jadi hanya dilaksanakan
dalam jangkauan ruang dan waktu yang ditentukan, sedangkan mendidik dapat
dilakukan dimanapun dan kapanpun. Dalam teologi kaum muslim Allah swt mendidik
rasulullah semenjak dari rahim siti aminah ibunya hingga rasulullah dapat
menjadi orang terpilih yang sangat berpengaruh diseluruh dunia. Rasulullah dididik
semenjak dalam rahim ibunya untuk menjadi orang yang sabar dan tawakkal. Karena
pada saat itu pula Allah memanggil ayah rasulullah Abdullah untuk terlebih
dahulu meninggalkannya. Sedangkan Allah mulai
mengajarkan rasulullah semenjak wahyu pertama diturunkan di gua hira. Pada saat
itu Allah yang langsung mengajarkan kepada rasulullah kata pertama dalam surat
Al-Alaq yaitu Iqra yang berarti bacalah. Bagitu pula seorang bayi yang masih
didalam perut seorang ibu. Bayi tersebut telah didik oleh ibunya dengan rangsangan-rangsangan
yang baik. Tak jarang pula ibu tersebut seraya berbicara pada bayi yang masih
dikandungnya untuk mengungkapkan harapan-harapannya kelak.
Masih jelas
dalam ingatan ketika ada seorang ibu yang sedang mengandung diberi petuah oleh
orang tuanya tentang sebuah etika tidak boleh ini dan itu karena akan berimbas
kepada anak yang sedang dikandungnya kelak. Mungkin beberapa orang akan
mengatakan hal ini adalah suatu yang “jadul” mengingat petuah-petuah dan
nasehat banyak yang dikaitkan dengan hal yanng tak masuk akal. Namun hal ini
tidak akan akan mendapat label “jadul” jika kita amati secara seksama. hal ini sangatlah
masuk akal jika dilihat dalam kacamata psikologi. Karena secara tidak langsung
ibu tersebut telah mendidik bayinya menjadi seseorang sepertinya. Baik maupun
buruk.
Kita dapat
menyimpulkan dari dua kisah diatas. Bahwa mendidik mengandalkan seluruh panca
indera hingga hati dan perasaan. Mendidik lebih bersifat terus-menerus dan
continue. Mendidik juga mencontohkan akhlak yang baik dan mental-mental yang
positif. sedangkan mengajar lebih bersifat teknis dan simple. Jadi guru maupun
orang tua bukan hanya mengajar tetapi juga harus dapat mendidik. Lalu bagaimana
dengan anda? Sudahkah anda mendidik?atau hanya sekedar mengajar.
Kareeeeenn ^_^
BalasHapusTulisannya dikirim ke media massa aja mbaaa :)