Minggu, 15 Januari 2012

5 tahap mengajar efektif



       Mengajar itu bagaikan pementasan suatu atraksi yang dapat memberikan kejutan-kejutan baru kepada siswa. Mengajar membutuhkan berbagai macam strategi dan pendekatan yang dimodifikasi dengan sangat menarik. Sedangkan ruang kelas adalah studio yang didekorasi dengan display display yang unik agar dapat menyampaikan materi pelajaran dengan menyenangkan .
            Guru yang baik akan selalu membuat siswanya terkejut dengan hal-hal yang baru. Dapat membuat suasana kelas se “homy” suasana di rumah. Terkadang guru pun bertindak seperti sutradara, choac, sekaligus actor dalam pementasan tersebut. Guru yang baik adalah seniman yang ulung. Mereka diharuskan dapat memerankan semua peran dalam pementasan tersebut. Mereka harus dapat membuat gambar, menari, bergerak, menyanyi bahkan harus memiliki berberapa bakat yang melebihi  profesi lain.
            Dalam melaksanakan aksinya didalam kelas, tak jarang seorang guru juga harus memiliki sebuah perencanaan dan pemikiran yang kreatif. Inilah yang biasa dikatakan orang sebagai profesi yang nyaris membutuhkan kesempurnaan namun masih sering disepelekan.
            Beberapa tahap terpenting dalam mengajar secara efektif seringkali terlupakan oleh para guru. Tahap tersebut bukan hanya perencanaan yang tertulis dalam dokumen RPP, SKH ataupun Matpel. Tetapi juga beberapa tahap lainnya seperti, evaluasi hingga perayaan keberhasilan dalam sebuah proses.
1.      Fikirkan (think)
Sebelum memulai suatu tindakan sebaiknya fikirkan apa yang hendak dilakukan. Proses berfikir dalam memulai pekerjaan juga didasari oleh enam pertanyaan mendasar yaitu : apa, mengapa, siapa, kapan, dimana dan bagaimana. Begitu pula dalam proses pengajaran yang akan berlangsung di dalam kelas. Sebelum merencanakan aksinya di dalam kelas guru sebaiknya memikirkan rencana yang akan ia buat dan kemudian dituangkan dalam dokumen tertulis.
Proses berfikir ini juga bukan hanya di awal tetapi juga di tengah-tengah proses pelaksanaan hingga evaluasi. Guru harus memikirkan mengenai bagaimana ia harus menyampaikan pelajaran dengan menyenangkan.
2.      Rencanakan (plan)
Tahap selanjutnya adalah perencanaan. Perencanaan terbagi menjadi dua yaitu secara tertulis dan tidak. Segala sesuatu memiliki rencana setiap manusia juga memiliki rencana dalam hidup jangka panjang maupun jangka pendeknya Dokumen rencana secara tertulis disebut juga sebagai silabus dan RPP. Guru yang tidak memiliki perencanaan seperti seorang panglima yang ingin berperang tanpa senjata apapun.
Rencana pengajaran tersebut memiliki dua fungsi yaitu sebagai pedoman dan juga control. Namun rencana yang sudah sangat menarik belumlah cukup untuk menjadi tolak ukur keberhasilan dalam kelas.
3.      Laksanakan (do)
Proses pelaksanaan adalah proses paling inti dalam kegiatan belajar mengajar dalam kelas. Inilah aksi yang ditunggu-tunggu setiap siswa dengan letupan-letupan semangat di dalam kelas yang menyenangkan. Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar juga membutuhkan beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu pre test materi dan juga post test.
Pelaksanaan kegiatan belajar yang baik juga berkaitan dengan perencanaan yang baik. Pelaksanaan pembelajaran yang baik akan menghasilkan output yang baik pula. Jadi, rencana yang telah dibuat dengan baik hanya akan menjadi sia-sia jika tidak dilaksanakan dengan rule yang telah dibuat dalam perencanaan tertulis bernama RPP.
Tak jarang kita menemui para pengajar yang baik dalam pelaksanaan namun terkesan biasa saja dalam perencanaan. Karena memang inti dalam pembelajaran adalah pelaksanaanya. namun sepatutnya guru yang hebat akan membuat rencana besar untuk melaksanakan tanggung jawab yang besar.
4.      Evaluasi (test)
Tahap selanjutnya adalah evaluasi. Evaluasi dapat berbentuk test maupun non test. Evaluasi berbentuk test sering kali kita dapati dalam bentuk soal, pertanyaan ataupun latihan-latihan yang mengunggulkan kognitif sisiwa. Sedangkan evaluasi dalam bentuk non test jarang sekali diperhitungkan. Padahal ranah taksonomi blum bukan hanya berkisar pada kognitif yang mengandalkan kerja otak semata. Masih ada ranah yang terkadang belum disadarkan oleh guru yaitu ranah afektif dan juga psikomotorik siswa.
Evaluasi berbentuk test terkadang menjadi momok menakutkan bagi siswa. Hal ini terlihat dengan banyaknya siswa yang nervouse dan stress pada saat ujian maupun ulangan. Ada guyonan menarik serta menggelitik dari seorang guru yang mengeluarkan ide secara spontan beberapa waktu lalu di salah satu seminar tentang multiple inteligency “bagaimana jika ujian berbentuk komik?”. Mungkin sedikit tak masuk akal jika melihat pendidikan yang masih bersifat sentralisasi. Namun tak menutup kemungkinan hal ini terjadi jika telah banyak guru yang menyadari fungsi test dan evaluasi tersebut bukan hanya berujung pada nilai kognitif tetapi juga perubahan sikap menjadi lebih baik

5.      Rayakan (celebrate)
Tahap terakhir yang sering terlupakan adalah merayakan keberhasilan. Meryakan keberhasilan bukan dimaksudkan untuk hura-hura yang sia-sia. Tetapi bermaksud untuk menyegarkan kembali.
      Otak manusia seperti halnya sistem dalam komputer yang butuh penyegaran sebelum melanjutkan aktifitas kembali. Merayakan keberhasilan juga sangat dibutuhkan siswa di dalam kelas ketika mereka telah selesai melaksanakan tugas-tugas mereka dalam proses belajar dan evaluasinya.
Perayaan ini dapat berbentuk dengan brain gym yang menggerakan bagian tubuh seperti tepuk tangan, melompat dan sebagainya dan diiringi lagu yang sesuai dengan perkembangannya. Ada pula yang berbentuk games. Ataupun memperbolehkan siswanya untuk melakukan hal-hal yang ia inginkan seperti makan, minum ataupun sekedar bertukar fikiran dengan teman sebangkunya namun masih dalam kontrol guru di dalam kelas.


Nb: Penulis adalah guru yang tercatat di SDIT Darojaatul’uluum, limo, Depok. Menyenangi dunia tulis menulis dan petualangan. Lulus dari UIN pada th 2009 yang lalu. Dan tercatat sebagai anggota komunitas Writing revolution dan relawan Rumah zakat Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar