Minggu, 20 Februari 2022

Personal learning; Mengasah Jiwa Meraih Asa

Kata orang, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Benarkah?

Nampaknya kalimat ini sangat masyhur di masyarakat. Di kalangan kita, di kalangan pelajar, motivator, start up hingga ibu-ibu yang sedang berproses menjadi pengasuh bayi kecil dan besar di istana bernama rumah. 

Tapi, bagaimana mengubah makna gagal itu sendiri menjadi sebuah tepukan keras dalam diri, kalau hanya gagal adalah keberhasilan yang tertunda? Bisa dibayangkan lama sekali kita berhasil karena mengikuti proses panjang berliku, penuh tanjakan dan turunan. Ditambah kita belum tau makna berhasil yang seperti apa yang kita impikan. 

Semua orang punya impian yang gak bisa disamakan dengan orang lain. Kebanyakan impian berbetuk materi, tapi ada juga yang gak melulu tentang materi. 

Kita perlu jalan ninja dalam mensiasati halang rintang sebuah pencapaian. Karena gak semua orang tau tentang jalan yang kita tempuh, maka kitalah yang paling tau bagaimana membuat semuanya nampak "baik-baik saja" padahal sudah berdarah-darah dan hampir menyerah. 

Seperti judul buku dari salah satu teman epc lintas group bernama Ayu. Walau saya hanya membaca covernya saja "menyerah atau bangkit" kalau gak salah nama buku antologinya. Disitulah sebuah pilihan. 

Di 2021 awal saya sangat berambisi untuk pencapaian ini dan itu, ambisi itu dimulai semenjak saya masih berstatus reseller. Tapi dipertengahan 2021 ada sebuah tragedi yang saya alami hingga akhirnya saya harus mengukur ulang bahkan melakukan peninjauan kembali. Bahkan sampai di akhir 2021 belum juga ada perubahan signifikan. Mungkin ada yang salah dengan saya. Ya pasti. 

Reseller saya banyak, tapi banyak yang tidak aktif. Bahkan penjualanku pun merosot dibarengi dengan omset yang turun juga. Adapun naik tapi tidak terlalu memuaskan. Ada sebuah pusaran yang harus saya atur ulang. Niat yang diperbaharui, hingga kesabaran yang diluaskan. Sampai di awal 2022 saya temukan dalam sebuah perenungan. Bisa jadi semua berawal dari ridho suami yang mungkin belum 100%. Niat saya yang masih sekedar materi dll. Faktor2 itu yang membuat semua tetasa berantakan. 

Sejujurnya di 2022 ini saya hanya ingin memperbaiki komunikasi saya dengan Allah, dengan pasangan, dengan orang tua. Karena saya menyadari kunci dimana saya belum berhasil dalam apaoun yang saya geluti adalah masalah ridho.

Saya terlalu berambisi sehinga tak sadar bahwa selain ambisi kita harus tau diri. Kini, saya mencoba merapikan kembali 'puzle' yang berantakan tersebut. Mulai dari komunikasi dengan suami, dengan anak, dan orang tua. Kemudian mulai kembali merapikan data base reseller, skema komisi dll. Satu lagi yang perlu kita fahami, bahwa yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan kita ya kita sendiri, bukan siapapun. Bukan teman perekrutmu, bukan leadermu, bukan pula resellermu. 

Kita perlu support system yang kuat dan itu di dapati dari komunikasi yang baik serta ridho yang tulus. Teruslah bertumbuh seperti tanaman yang tak terlihat geraknya namun terus meningkat. Kelak pasti akan banyak dahannya, daunnya, akarnya semakin kokoh. Bukan pohon mati yang akhirnya kering kerontang tak disiram. 

Berproses adalah belajar menempa diri, lewati saja apa yang ada di depan cepat atau lambat bukan ukuran. Tugas kita hanyalah ikhtiar. Selamat pagi everbadeh 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar